Terungkap Pembunuhan Berencana Hakim Jamaluddin, Ini Kata Kapolda Sumut Soal Sosok Pelaku
SUMBARRAYA.COM - - - Kapolda Sumut Irjen Pol Agus Andrianto akan
melakukan scientific investigation atau teknik ilmiah investigasi dalam
mengungkap kasus tewasnya Hakim PN Medan Jamaluddin.Ia mengatakan kasus
kematian Jamaluddin merupakan perkara yang direncanakan.
"Itu kita katakan menurut hasil dari analisa keterangan saksi dan alat
bukti yang ada dan juga analisa terhadap korban, baik yang dari forensik
atau tidak," katanya seraya menyatakan ini pembunuhan berencana.
Pembunuhan berencana itu, katanya memang agak perlu membutuhkan waktu
untuk melakukan pengungkapannya.
"Mohon kesabaran pihak-pihak media bahwa kita tetap konsen terhadap
kasus ini," ujarnya.Ia mengaku dalam mengungkap kasus ini pihaknya tidak
bisa sembarangan dalam menetapkan siapa tersangkanya."Maka dari itu
tadi, kita akan menggunakan scientific investigation dan harus
pelan-pelan,"katanya.
Karena, sambung Agus, ini sangat rapi, sangat halus kejadiannya sehingga
susah meyakini bahwa ini kejadian pembunuhan berencana. "Sehingga kita
butuh waktu untuk menetapkan siapa pelakunya," ujarnya.Pria dengan
bintang dua di pundaknya ini mengaku penyidik punya keyakinan dan
penyidik juga punya perkiraan.
"Tapi itu kan tidak boleh diungkapkan," katanya.Maka dari itu,
sambungnya, pihaknya akan melakukan pendalaman terhadap keyakinan
penyidik dan mudah-mudahan nanti bisa segera ditentukan pelakunya.
Dalam beberapa kasus, penyelikikan terkait pembunuhan berencana ini ada
yang cepat, namun juga ada yang bunuh waktu lama. "Dan biasanya itu
karena kejadian yang spontan, pelakunya jelas dan keterangan saksinya
ada.
Nah ini kan kita tidak bisa menduga-duga karena ini menyangkut praduga
tidak bersalah," terangnya.Mengenai apa ada masalah dan di mana letak
kendalanya, Agus membeberkan sampai saat ini pihaknya belum menemukan
bukti yang menunjuk pelakunya siapa.
"Kita masih analisa terhadap keterangan keterangan saksi yang ada.Jadi,
keterangan saksi, alat bukti kemudian hasil labfor, hasil pemeriksaan
forensik terus kita kaji ulang," katanya.
Nantinya, pihaknya akan mengetahui kepastian apakah korban meninggal di
mana, apakah meninggal sebelum berangkat dari rumah atau meninggal dalam
perjalanan."Ini bisa kita lihat dari keterangan saksi dan alat bukti
yang ada,"ujarnya.
Sekali lagi, Agus menyatakan belum bisa mengungkapkan kasus ini karena
belum ada titik terangnya saja."Kalau sulit, yah katanya kalau bisa
mengungkapkan perkara-perkara yang sulit itu katanya pinter.
Kita akan terus dalami dan dan kita terus evaluasi supaya kecurigaan
penyidik ini atau suatu motif yang kemungkinan menjadi faktor penyebab
dibunuhnya korban ini ya bisa kita buktikan. Intinya mohon waktulah,"
katanya.
Wanita Misterius Didatangi Hakim Jamaluddin Didampingi 5 Pria Malam Sebelum Tewas
Sebelumnya wanita bernama Maimunah (nama samaran) akhirnya buka suara
terkait kedatangan hakim Jamaluddin ke rumahnya pada Kamis (28/12/2019)
malam sekitar pukul 21.35 WIB.
Adapun hakim Jamaluddin ditemukan tewas di areal kebun sawit warga di
Dausun II Namo Rindang, Desa Suka Rame, Kecamatan Kutalimbaru,
Deliserdang, Sumatera Utara, Jumat (29/11/2019). Maimunah menjelaskan
bahwa rumahnya didatangi hakim Jamaluddin pada malam sebelum
kematiannya.
"Dia ke rumah saya, manggil-manggil saya tiga kali, itu pukul 21.35 WIB
lah itu ketepatan waktu acara Suratan Tangan di ANTV acara Uya Kuya
itu," jelasnya.
Maimunah yang merasa tak punya kepentingan dengan hakim Jamaluddin,
tidak membukakan pintu, meskipun hingga tiga kali dipanggil oleh
Jamaluddin.
Menurut Maimunah, saat itu hakim Jamaluddin tidak sendirian.Ia bersama
tiga orang pria berbadan tegap keluar dari mobil."Dia manggil tiga kali,
”Maimunah” katanya dengan logat Acehnya.
Pemanggilan pertama saya pergi ke ruang tamu mengintip. Rupanya bapak
itu, tapi di situ dia sudah ada kawannya, waktu itu ada bertiga,"
cetusnya.
"Dia kan manggil 3 kali, panggilan ke-2 saya udah dekat ruang tamu.
Sampai panggilan ke-3 saya enggak keluar, di rumah aja. Saya berpikir
saya tidak ada kepentingan sama bapak ini. Janji saya Jumat mau ke
kantor pengadilan.
Di malam Jumat itu perasaan saya sudah enggak enak," tambah Maimunah.Ia
pun menerangkan bahwa ada yang mendorong hakim Jamaluddin dari mobil
hingga ke pintu rumah Maimunah.
"Ada 3 oranglah mendorong dia untuk masuk. Sama sopir satu orang,
kemungkinan mereka ada 4 atau 5 orang sama Pak Jamal. Karena itu
terlihat di mana pintu ujung sama kiri itu bunyi gedor (ditutup),"
tuturnya.
Disinggung adakah tekanan wajah Jamaluddin saat itu, Maimunah mengaku
tidak bisa memastikan. Sebab, ia tidak melihat secara jelas raut wajah
hakim Jamaluddin.
"Saya tidak berpikir ke situ, karena saya pikir tidak ada urusan. Ya
saya datar-datar saja," ungkapnya.Saat itu, Maimunah mengaku sempat
mendengar hakim Jamaluddin meminta dirinya untuk ikut dengan rombongan
tersebut.
"Gini dibilangnya 'bisa ikut bentar ada yang mau dikonfrontir atau
ditanyakan', hati saya sudah enggak enak hari itu,” ujarnya. Lebih
lanjut, Maimunah menjelaskan setelah 15 menit di depan rumahnya,
akhirnya rombongan hakim Jamaluddin pulang.
"Jadi pergilah orang itu kira-kira 15 menit, saya merasa enggak ada
kepentingan ngapain jumpai. Lagian tengah malam ada apa, saya
bertanya-tanya ada apa," tuturnya.
Baru ternyata pada keesokan harinya, Jumat (29/11/2019), Maimunah
terkejut mendengar kabar Hakim Jamaluddin ditemukan tewas di Dusun II
Namo Rindang, Desa Suka Dame, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli
Serdang.
"Besoknya saya dapat info dari kawan di WhatsApp hampir jam 7 malam, Pak
Jamal meninggal. Saya terkejut, bergetar badan saya, ada apa?"
jelasnya.Maimunah lantas bertanya-tanya pada dirinya sendiri tentang
kedatangan hakim Jamaluddin, pada malam sebelum kematiannya.
"Saya merasa jantungan, kenapa tengah malam itu dia datang ke rumah
saya. Dia (Jamaluddin) kan bisa berteriak kalau memang ada sesuatu
malam itu."
"Saya berpikir pada saat itu datar-datar aja. Saya tidak ada berpikir ke
situ (dibunuh). Jumatnya kejadian jadi buat saya berpikir ada apa
dengan saya, ada apa dengan dia (Jamaluddin), kenapa saya didatangin,"
tuturnya.Ia kemudian memberikan keterangan kepada kepolisian pada 1
Desember 2019.
"Apa yang terjadi tersebut, Senin tanggal 1 saya sudah menghadap
(polisi), saya merasa tidak nyaman," cetusnya.Sebagai orang yang
memiliki pendidikan hukum, Maimunah memperkiraan bahwa kehadiran hakim
Jamaluddin saat itu adalah untuk mempertanyakan hubungan dirinya dengan
Hakim Jamaluddin.Bahkan ia menduga apabila malam itu membukakan pintu,
maka nasibnya akan sama dengan hakim Jamaluddin.
"Sepertinya di malam itu ada yang mau minta dikonfrontir antara saya dan
Pak Jamal.""Padahal saya tidak punya hubungan apa-apa, berarti kalau
malam itu mereka menjemput saya dan buka pintu, kemungkinan keselamatan
saya terancam," terangnya.
Ia memperkirakan bahwa ada oknum yang tidak bertanggungjawab membuat
seolah-olah ada hubungan antara dirinya dengan hakim Jamaluddin."Jadi
sebenarnya saya itu enggak terlalu penting kali sama bapak (Jamaluddin)
tapi seolah-olah dibuat penting.""Ada orang lain yang mengompori keadaan
ini. Kalau saya berurusan sama bapak itu, saya ada nomor HP-nya,"
jelasnya.
Saat kejadian itu, Maimunah mengaku sedang bersama ibu dan adiknya di
rumah.Sedangkan sang adik, sedang keluar rumah bersama
anak-anaknya.Selain itu, Maimumah menyebutkan, sebelum kejadian
tersebut, sudah ada orang-orang yang melakukan pengintaian di sekitar
rumahnya.
"Karena belakangan ini sering orang lewat di depan rumah naik mobil
Honda Jazz dan Toyota Camry, habis itu kayak ditungguin. Kalau saya mau
pergi kerja pagi itu ada di depan rumah pakai mobil Honda Jazz, saya
udah berangkat kerja, baru pergi. Lalu sejak 2 minggu sebelum kematian
(Jamaluddin) mobil itu pantau-pantau saya. Saya cuma lihat (tulisan)
Toyota aja yang di depan, warna hitam," jelasnya.
Bahkan, Maimunah menjelaskan bahwa belakang rumahnya sering dilemparin
benda padat, hingga akhirnya ia merasa terancam keselamatannya. Bahkan
setelah memberikan kesaksian tersebut.
"Makanya saya takut juga karena merasa terancam juga, kalau dia enggak
datang ke rumah saya, saya tidak berpikir sampai situ. Rumah saya
dilempar dari belakang, dari Senin kemarin, sampai lah saya berikan
kesaksian. Bahkan dua hari yang lalu yang ikut sama bapak (Jamaluddin)
malam itu, lewat depan rumah saya naik kereta Revo, orangnya tinggi
besar," ungkapnya.
Terakhir, Maimunah berharap bisa mendapatkan perlindungan hukum baik
dari kepolisian maupun Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).Ia
merasa mendapat intimidasi terkait kasus kematian hakim Jamaluddin.
Sumber: tribunnews.com
No comments