Sekber Pers Indonesia: Kompas Jangan Jadi Provokator
SUMBAR RAYA.COM, - - -
Merebaknya informasi terkait 43.000-an media online yang dicap abal-abal
oleh Kemenkominfo dalam beberapa hari ini, yang dikutip dari situs
online kompas.com edisi Januari 2017, telah menimbulkan keresahan di
kalangan pekerja media online di berbagai tempat di Indonesia.
Kemunculan dan penyebaran informasi penuh fitnah itu disinyalir
dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak senang atas pertemuan antara para
pimpinan organisasi Pers Indonesia dengan Menteri Kominfo Rudiantara
pada Rabu, 26 September 2018 lalu.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa dalam pertemuan Rabu tersebut
terungkap, Menteri Rudiantara mengaku selama ini tidak banyak tahu
tentang berbagai masalah yang mendera Pers Indonesia akibat ulah oknum
Pengurus Dewan Pers yang tidak becus dalam menjalankan tugasnya menjaga
dan mengembangkan kemerdekaan pers di negeri ini. Menteri juga
menyampaikan di depan para pimpinan 9 organisasi pers yang hadir saat
itu akan melaporkan hasil pertemuan tersebut kepada Presiden Joko Widodo
dalam waktu dekat.
Fakta dan perkembangan ini yang kemudian memicu kegerahan para oknum
pers, yang selama ini memanfaatkan Dewan Pers sebagai 'anjing penjaga'
status quo mereka, yang kemudian menyerang kalangan pers online dengan
berita basi dari kompas itu. Hal ini tentu sangat merugikan, tidak hanya
bagi ratusan ribu wartawan dan pekerja media online, tetapi juga
pemerintah dan publik secara keseluruhan.
Merespon keadaan tersebut, Ketua Sekretariat Bersama (Sekber) Pers
Indonesia Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA menghimbau semua pihak agar
berhati-hati dalam menyebarkan berita, dus juga mesti cerdas dalam
mencerna informasi yang diterima, tidak mudah terprovokasi yang kemudian
merespon secara membabi-buta. Lulusan PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012
itu secara khusus menasehatkan agar media-media tua dan berskala
nasional hendaknya menjadi penerang jalan rakyat, bukan pembuat keonaran
dan perusak pers di tanah air.
"Saya amat prihatin, ketika ada media yang sudah berusia cukup tua
seperti kompas, masih kekanak-kanakan, senang menyebarkan informasi yang
jelas-jelas bersifat melecehkan dan memarginalkan warga masyarakat
lainnya," ujar Wilson kepada pewarta media ini melalui pesan WhatsApp
messenger-nya, Jum'at, 28 September 2018.
Sebagai sesepuh media, lanjut Ketua Umum PPWI itu, kompas seharusnya
lebih arif dan bijaksana dalam pemberitaan. "Jika berita soal 43.000
media online itu dicap abal-abal oleh Menteri Kominfo sekalipun,
seharusnya media kompas lebih arif menyikapinya, bertanya dalam hatinya,
apakah informasi dari pejabat itu bermanfaat untuk publik, adakah
informasi tersebut valid untuk menjadi konsumsi publik. Seandainya
pejabat yang bicara itu asal njeplak? Bicara seenak perutnya saja,
bagaimana? Berita terlanjur beredar, ratusan ribu rekan jurnalis
kehilangan sumber penghidupannya. Ternyata, usia boleh tua, dewasa belum
jaminan, apalagi menjadi arif dan bijaksana, masih sangat jauhlah yaa,"
imbuh pemegang gelar Master in Global Ethics dari Birmingham University
Inggris ini.
Kepada puluhan ribu media online se-Indonesia, Wilson menghimbau untuk
tetap tenang, terus belajar dan tetaplah berkarya seperti biasa. Dia
berharap agar para pekerja media online yang dinistakan oleh para oknum
pejabat Kemenkominfo yang disebarluaskan oleh oknum media tua tak
beradab itu, harus tetap bersabar, jangan biarkan emosi membakar masa
depan kita.
"Tetap bersabar ya kawan-kawan, terus belajar, bekerja, dan berkarya.
Ingat, tiada orang lain yang akan membantu Anda dalam kesulitan yang
dihadapi sehari-hari. Jangankan kawan-kawan media tua-bangka itu,
pemerintah Andapun tidak akan peduli dengan hidup kita. Pertebal
kesabaran, semakin giat berkarya, dan doakan media-media besar itu
segera siuman dari status quo-nya," himbau alumni program persahabatan
Indonesia Jepang Abad-21 itu menutup pesan WhatsApp-nya.
# APL/Red
No comments