Pergantian Tahun, Ajang Introspeksi Diri
Oleh : Novwibawa
TAK terasa sudah kita telah sampai di
penghujung tahun 2017. Beberapa saat lagi tahun 2017 akan menjadi kenangan dan
tahun 2018 telah diambang mata akan menyambut kita semua. Memang tak
terbantahkan lagi malam pergantian tahun baru masehi sangat ditunggu-tunggu
oleh semua kalangan diseantero dunia
Di malam
pergantian Tahun, sebagian besar manusia meluapkan perasahaan gembira dan
bersuka ria. Sampai saat megetik tulisan ini penulis tidak paham Apa Sebenarnya
yang menjadi landasan mereka hingga begitu bahagianya dengan tibanya pergantian
tahun?. Karena menurut hemat penulis dengan adanya pergantian tahun, berarti
semakin tuanya umur manusia dan semakin tuanya umur bumi dan alam semesta ini. Artinya
jika bumi dan alam semesta telah tua dan semakin dekatnya dengan yang datangnya
hari kiamat.
Dan juga
tidak bisa di pungkiri, pada sebagian orang sangat menginginkan adanya
perubahan. Sebab dasar dari manusia adalah makhluk sosial yang suka perubahan
dan pembaharuan. Sehingga karena itu maka manusia merayakannya denga penuh
antusias, penuh optimisme dan penuh semangat di dalam menjalankan hidup. Hidup
itu perlu perubahan, perlu inovasi dan perlu variasi.
Seperti
tahun-tahun yang lalu, mayoritas manusia menghadapi tahun baru sering dirayakan
secara glamor dan hedon. Hingga kita lupa merenung lebih dekat dengan makna
yang lebih baik. Bukankah tahun baru ajang intropeksi diri kita di tahun lalu. Sadarkah
kita bahwa masih banyak kekurangan dan keburukan yang kita lakukan di tahun
lalu. Banyak target, banyak rencana baik belum terlaksanakan, bahkan masih ada
janji yang belum ditepati. Sadar atau tidak, sebagai manusia pasti mempunyai
kelemahan dan kekurangan. Namun selama masih ada jiwa dan raga yang baik, tentu
manusia harus berusaha untuk hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
Di
tahun baru 2018 ini cobalah kita belajar dari kegagalan, kekurangan dan
kekeliruan di tahun 2017. Semua yang terjadi pada tahun sebelumnya harus kita
jadikan pelajaran dan peringatan. Agar kita benar-benar bisa menghayati makna
tahun baru ini dan memperbaiki serta menyempurnakan apa yang telah kita
lakukan. Jika kita belum bisa memahami apa makna tahun baru, jika apa yang
terjadi di tahun 2017 masih terjadi juga
di tahun 2018 ini, jika keteledoran masih tetap kita lakukan, maka tidak ada
gunanya kita merayakannya.
Tahun baru memang pertanda bergantinya tahun.
Namun yang pokok, kelak ada pergantian kehidupan. Banyak yang tiup terompet. Sebanyak
itu yang tak tahu terompet dipicu otak dan nafsu. Sedikit yang bermuhasabah.
Sesedikit itu pula yang tahu, landasan muhasabah adalah hati dan akal.
Akhir kata, dalam keheningan saya merenung: “Siapa yang tak sadar kekeliruan
2017, dia tak punya masa depan di 2018. Siapa yang tak mau akui keliru kemarin,
dia tak bakal punya masa depan”. (***)
No comments