M. Shadiq Pasadigoe, Anggota DPR RI Komisi XIII: Dari Tanah Datar untuk Masyarakat Badarai — Ketulusan yang Jadi Bukti

Tanah Datar — Pagi itu, di bawah terik matahari, M. Shadiq Pasadigoe tampak menyapa warga di salah satu jorong di Tanah Datar. Senyum ramah dan sapaan hangatnya menjadi pemandangan yang tak asing bagi masyarakat setempat. Sosok politisi yang kini duduk sebagai Anggota DPR RI Komisi XIII ini dikenal bukan hanya karena kiprahnya di panggung nasional, tetapi karena ketulusan dan kerja nyatanya di tengah masyarakat.

Bagi Shadiq, politik bukanlah ruang untuk pencitraan, melainkan wadah pengabdian. Ia meyakini bahwa kehadiran seorang wakil rakyat harus benar-benar dirasakan oleh masyarakat yang diwakilinya. “Cerita dapil bukan tentang pencitraan, tapi tentang kehadiran yang nyata — menyapa rakyat dengan hati, mendengar dengan empati, dan bekerja dengan sepenuh dedikasi,” ujarnya dengan nada mantap.

Pernyataannya bukan sekadar retorika. Warga Tanah Datar dan sekitarnya sudah lama mengenalnya sebagai sosok yang turun langsung ke lapangan, berbincang dengan petani, mendengar keluh kesah pedagang kecil, hingga ikut mendorong peningkatan akses ekonomi masyarakat badarai. Ia hadir bukan hanya saat menjelang pemilu, tetapi setiap kali masyarakat membutuhkan.

Sebagai mantan Bupati Tanah Datar, Shadiq memahami betul denyut kehidupan rakyat di kampung halamannya. Kini, melalui amanah di Komisi XIII DPR RI yang membidangi ekonomi, keuangan, dan investasi, ia terus memperjuangkan agar kebijakan nasional berpihak kepada daerah dan memberi ruang lebih besar bagi pelaku usaha kecil di Sumatera Barat.

Bagi Shadiq, Restorasi Indonesia adalah panggilan moral — semangat untuk memperbaiki, membangun, dan memajukan negeri dengan ketulusan hati. “Perubahan sejati tidak lahir dari janji, tapi dari kerja nyata,” tuturnya singkat namun penuh makna.

Komitmen itu tampak jelas dari berbagai program dan inisiatif yang ia dorong. Dari pemberdayaan ekonomi masyarakat nagari, dukungan terhadap UMKM, hingga penguatan sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. Semua dilakukan dengan pendekatan yang sederhana namun berdampak.

Bagi masyarakat badarai, Shadiq bukan hanya wakil rakyat di Senayan. Ia adalah sahabat, keluarga, dan panutan. Dalam setiap kunjungannya, ia disambut dengan keakraban — bukan karena jabatan, tetapi karena ketulusan yang terpancar dari sikapnya yang rendah hati dan bersahaja.

Dalam semangat Gerakan Perubahan, Shadiq melangkah dengan keyakinan bahwa kemajuan bangsa bermula dari niat tulus pemimpinnya. “Bersama rakyat, kita bisa memperbaiki negeri ini. Karena perubahan sejati selalu lahir dari hati yang tulus,” pungkasnya.

(Rofiq)