Dr. Yasmansyah Resmi Pimpin Baznas Tanah Datar 2025–2030: Tantangan Transparansi dan Harapan Baru Pengelolaan Zakat
Batusangkar | Setelah melalui proses seleksi yang cukup ketat, Kabupaten Tanah Datar akhirnya resmi memiliki pucuk pimpinan baru di tubuh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Dr. Yasmansyah, S.Ag., M.Pd., terpilih sebagai Ketua Baznas periode 2025–2030, 11 September 2025.
Namun di balik seremoni pengukuhan yang dipimpin Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Tanah Datar, Elizar, SH, muncul berbagai pertanyaan: mampukah kepemimpinan baru ini menjawab keraguan publik atas pengelolaan zakat di daerah, yang selama ini kerap disorot terkait transparansi, akuntabilitas, dan dampak nyata bagi mustahik?
Latar Belakang: Zakat yang Menggunung, Efek yang Dipertanyakan
Data Baznas RI menunjukkan bahwa potensi zakat di Sumatera Barat diperkirakan mencapai triliunan rupiah setiap tahunnya. Namun, angka realisasi penghimpunan di tingkat kabupaten, termasuk Tanah Datar, masih jauh di bawah potensi.
Di lapangan, kritik sering mengemuka: zakat kerap hanya berhenti di tahap distribusi konsumtif, belum sepenuhnya menyentuh aspek pemberdayaan ekonomi masyarakat. Bahkan, beberapa warga mengaku tidak tahu ke mana sebenarnya dana zakat disalurkan.
Inilah tantangan terbesar yang kini diwariskan kepada Dr. Yasmansyah dan tim barunya.
Komposisi Pimpinan Baru
Selain Dr. Yasmansyah sebagai ketua, Baznas Tanah Datar periode ini diperkuat empat wakil ketua dengan tugas spesifik:
Poppy Zonia, S.S. – Wakil Ketua I, fokus pada pengumpulan zakat.
Benny Apero, S.Sos. – Wakil Ketua II, menangani pendistribusian dan pendayagunaan.
Erlonadi, S.Si. – Wakil Ketua III, bidang perencanaan keuangan dan pelaporan.
Dodi Remaja, S.Pd. – Wakil Ketua IV, mengelola sumber daya amil, administrasi, komunikasi, serta rekomendasi.
Struktur ini tampak lengkap, namun publik masih menunggu apakah pembagian tugas tersebut benar-benar efektif mengurai persoalan klasik zakat di daerah.
Janji Transparansi
“Pengelolaan zakat bukan hanya soal angka, tapi soal dampak nyata bagi masyarakat. Dengan semangat baru, kami akan memastikan setiap rupiah zakat tersalurkan dengan transparan dan akuntabel,” tegas Dr. Yasmansyah dalam sambutannya.
Pernyataan ini seolah menjadi jawaban atas kritik lama, tetapi juga menambah beban ekspektasi. Transparansi dan akuntabilitas, dua kata yang sering dijanjikan, kini ditunggu realisasinya.
Jejak Lama, Ujian Baru
Investigasi di lapangan menemukan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, distribusi zakat di Tanah Datar masih cenderung bersifat karitatif – berupa santunan langsung. Program pemberdayaan ekonomi umat, seperti modal usaha atau beasiswa berkelanjutan, belum merata.
Di sisi lain, ada dorongan kuat dari Kementerian Agama dan Pemda agar zakat benar-benar menjadi instrumen pengentasan kemiskinan. Artinya, Baznas bukan hanya “penyalur dana”, melainkan harus bergerak sebagai lembaga sosial-ekonomi yang visioner.
Harapan dan Keraguan
Dengan latar belakang akademik dan pengalaman sosialnya, Dr. Yasmansyah diyakini mampu membawa angin segar. Namun publik menuntut lebih dari sekadar janji. Transparansi laporan keuangan, audit berkala, serta publikasi distribusi zakat akan menjadi barometer pertama.
Jika mampu menjawab tantangan itu, Baznas Tanah Datar bisa menjadi model percontohan pengelolaan zakat di Sumatera Barat. Jika gagal, ia hanya akan menambah daftar panjang lembaga zakat yang terjebak dalam rutinitas birokratis tanpa dampak signifikan bagi mustahik.
Catatan investigasi ini menegaskan: kepemimpinan baru Baznas Tanah Datar berada di titik krusial. Publik menunggu bukti, bukan sekadar seremonial.
(A Rofiq)
No comments