Ketua PPM Kabupaten Solok, Bustaman Kobarkan Semangat Juang Lewat Radio di HUT ke-80 RI
Kab. Solok Di sebuah studio sederhana milik Radio Solok Nan Indah FM 98,6 MHz, Minggu (17/8), suara tegas seorang pria paruh baya terdengar memenuhi udara. Mengenakan seragam loreng khas Pemuda Panca Marga (PPM) dan berbalut baret hijau, ia duduk di depan panel suara, dikelilingi mikrofon. Dialah Bustaman, Ketua PPM Kabupaten Solok.
Hari itu, bangsa Indonesia tengah memperingati HUT ke-80 RI. Di Kabupaten Solok, perayaan terasa istimewa dengan hadirnya pesan kebangsaan Bustaman yang disiarkan langsung melalui gelombang radio. Bagi masyarakat yang mendengarkan, kata-kata Bustaman bukan sekadar kalimat formal. Ada ketulusan, ada semangat, dan ada kebanggaan sebagai anak cucu pejuang.
Anak Pejuang yang Tak Lupa Warisan
Pemuda Panca Marga (PPM) adalah organisasi yang beranggotakan anak-anak keturunan pejuang kemerdekaan. Bustaman, yang kini memimpin PPM Kabupaten Solok, tumbuh dengan nilai-nilai perjuangan yang diwariskan orang tuanya. Ia percaya bahwa semangat juang itu harus terus hidup, meski zaman sudah berubah.
“Kemerdekaan ini bukan hadiah. Ada air mata dan darah para pahlawan di baliknya. Karena itu, kita yang hidup hari ini tidak boleh lupa, apalagi abai. Generasi muda harus menjadi penerus perjuangan dalam bentuk yang sesuai dengan tantangan zaman,” kata Bustaman dengan suara bergetar namun penuh keyakinan.
Radio Sebagai Panggung Perjuangan
Di era digital, banyak orang mungkin menganggap radio sudah mulai ditinggalkan. Tapi tidak bagi Bustaman. Ia justru memilih radio sebagai medium menyampaikan pesan kebangsaan. Alasannya sederhana: radio tetap dekat dengan masyarakat, terutama di daerah yang masih menjadikan siaran sebagai teman sehari-hari.
Hari itu, masyarakat Solok mendengar pesan yang sama: jangan pernah berhenti mencintai negeri ini. Suara Bustaman menembus batas ruang studio, menjangkau rumah-rumah, warung kopi, hingga ladang tempat petani bekerja.
Inspirasi untuk Generasi Muda
Dalam setiap kalimatnya, Bustaman selalu menyinggung peran pemuda. Baginya, pemuda adalah ujung tombak sekaligus penentu arah bangsa.
“Pemuda jangan hanya jadi penonton. Jangan takut salah, jangan takut mencoba. Bangsa ini menunggu karya nyata dari generasi muda. Isi kemerdekaan ini dengan kerja, dengan inovasi, dengan keberanian,” serunya.
Pesan itu terasa begitu relevan. Di tengah derasnya arus globalisasi, Bustaman ingin anak-anak muda di Kabupaten Solok tetap berpegang pada nilai kebangsaan. Menurutnya, modernitas tidak boleh membuat generasi muda melupakan sejarah dan akar perjuangan bangsa.
Pemimpin yang Membumi
Di luar seragam lorengnya, Bustaman dikenal sebagai sosok yang dekat dengan masyarakat. Ia tak segan hadir dalam kegiatan sosial, membantu pemuda desa, hingga turun langsung dalam kegiatan kebersamaan. Gaya kepemimpinannya membumi, tidak berjarak, dan penuh kehangatan.
Itulah sebabnya, ketika Bustaman berbicara tentang perjuangan dan persatuan, masyarakat percaya bahwa itu bukan sekadar kata-kata, melainkan cerminan dari sikap hidupnya.
Menjaga Api Perjuangan
Menutup siaran radio di hari kemerdekaan itu, Bustaman kembali menegaskan komitmennya sebagai Ketua PPM Kabupaten Solok.
“Kami, anak-anak pejuang, tidak akan membiarkan api perjuangan ini padam. Justru akan kami jaga, kami rawat, dan kami teruskan. Mari kita bangun Kabupaten Solok, mari kita bangun Indonesia, dengan semangat persatuan dan persaudaraan,” ujarnya.
Suara itu menggetarkan hati banyak pendengar. Bagi Bustaman, peringatan HUT ke-80 RI bukan sekadar upacara atau perayaan. Lebih dari itu, ia menjadikannya sebagai pengingat bahwa kemerdekaan adalah tanggung jawab bersama.
Dan di balik mikrofon Radio Solok Nan Indah, Bustaman membuktikan satu hal sederhana: semangat juang tidak hanya diwariskan di medan perang, tetapi juga bisa berkobar lewat kata-kata, mengalir melalui udara, dan sampai ke hati rakyat.
Wyndoee
No comments