Solidaritas Tak Berbatas: Aksi Pemerintah Sumbar untuk Palestina Menggema
Oleh: Zikri Akbar
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang)
Sumbar || Minggu, 4 Mei 2025, Ribuan warga Sumatera Barat memadati halaman Kantor Gubernur di Padang. Bukan untuk mengurus administrasi atau menyuarakan tuntutan lokal, tapi untuk satu hal yang lebih mendesak: menyuarakan nurani kemanusiaan. Aksi solidaritas ini menjadi bukti bahwa Sumbar tidak pernah membiarkan ketidakadilan berlalu tanpa sikap terutama saat luka kemanusiaan bernama Palestina terus berdarah.
Hari ini, suasana di Sumatera Barat terasa berbeda. Bukan karena cuaca yang berubah, tapi karena gelombang empati yang mengalir deras. Di tengah rutinitas pemerintahan dan kehidupan harian, Pemerintah Provinsi Sumbar turun langsung ke tengah masyarakat, bukan untuk urusan politik atau seremoni, melainkan untuk satu suara yang kini mengguncang nurani dunia: Palestina. Di ranah Minang, jarak geografis tidak menjadi penghalang untuk berdiri di garis depan kepedulian.
Aksi solidaritas ini digelar sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina yang hingga kini masih harus bertahan hidup di tengah blokade, serangan, dan tekanan yang tak kunjung reda. Sumatera Barat, dengan segala kekhasannya, ingin menunjukkan bahwa meskipun secara geografis jauh dari Timur Tengah, namun secara nurani dan kepedulian, Sumbar berdiri di garis depan.
Kegiatan ini berlangsung meriah dan haru sekaligus. Dimulai sejak pagi hari, peserta dari berbagai elemen tokoh agama, organisasi masyarakat, pelajar, mahasiswa, komunitas pemuda, hingga aparat pemerintahan melakukan long march dari Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib menuju halaman Kantor Gubernur Sumbar. Di sepanjang rute, mereka membawa bendera Palestina, mengenakan syal kufiyah, serta membentangkan poster-poster penuh pesan dukungan dan harapan.
Sesampainya di lokasi, massa berkumpul untuk melanjutkan berbagai agenda aksi damai. Di antaranya adalah pembacaan puisi, penampilan nasyid kemanusiaan, hingga shalat berjamaah dan doa bersama untuk keselamatan warga Palestina. Tidak ada aksi provokatif. Tidak ada seruan kebencian. Yang ada hanya suara-suara yang menggema: suara keadilan, suara solidaritas.
Salah satu yang mencuri perhatian adalah antusiasme generasi muda. Banyak pelajar dan mahasiswa yang datang membawa poster buatan sendiri. Tulisan tangan mereka, meskipun sederhana, memiliki makna yang begitu dalam: “Anak Minang Dukung Palestina”, “Justice for Humanity”, “From Padang to Gaza, You’re Not Alone”. Ini menjadi bukti bahwa kesadaran kemanusiaan tidak mengenal usia.
Aksi ini juga menjadi ajang penggalangan dana kemanusiaan. Kotak infak diletakkan di berbagai titik, dan peserta aksi tampak dengan sukarela menyumbangkan uang sebagai bentuk kontribusi nyata. Menurut panitia, dana yang terkumpul akan disalurkan melalui lembaga resmi yang telah memiliki jalur distribusi ke wilayah konflik secara aman dan transparan.
Kehadiran berbagai organisasi masyarakat dan kampus juga menandai kuatnya jaringan solidaritas di Sumbar. Lebih dari 100 organisasi tercatat ikut terlibat dalam aksi ini, termasuk lembaga zakat, BEM universitas, serta komunitas sosial yang selama ini aktif dalam gerakan kemanusiaan. Aksi ini bahkan sempat trending di media sosial lokal, dengan tagar #SumbarbersamaPalestina menyebar luas.
Yang membuat aksi ini lebih berkesan adalah cara masyarakat Minangkabau memaknai keterlibatan mereka. Dengan filosofi hidup “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, solidaritas bukanlah slogan kosong. Ia adalah wujud nyata dari ajaran Islam yang menyatukan iman dan aksi sosial. Ketika dunia menutup mata, Sumatera Barat justru membuka pintu dan menyuarakan keberpihakan.
Sumatera Barat memang memiliki sejarah panjang dalam perjuangan moral global. Bukan pertama kalinya ranah Minang angkat suara untuk isu internasional. Namun hari ini, suara itu menggema lebih lantang mewakili jutaan hati yang muak melihat ketidakadilan.
Solidaritas ini tak berbatas. Tak dibatasi oleh sekat negara, bahasa, maupun suku bangsa. Ketika kezaliman terjadi di satu titik bumi, maka mereka yang sadar nurani tak boleh diam. Dan hari ini, Sumatera Barat menunjukkan bahwa mereka belum kehilangan empati, belum kehilangan nyali untuk berdiri di sisi yang benar.
Aksi ini bukan sekadar peristiwa hari ini, tapi pijakan awal dari komitmen yang lebih luas. Dukungan Sumatera Barat untuk Palestina tidak akan berhenti pada spanduk dan doa, melainkan akan terus hidup lewat edukasi, donasi, dan gerakan kolektif yang konsisten. Karena bagi masyarakat Minangkabau, Palestina bukan isu jauh ia bagian dari luka nurani bersama. Dan setiap luka layak disembuhkan, bukan hanya dilihat.
Rel
No comments