• Breaking News

    Advertisement

    loading...

    Pengamat: Presiden Jokowi akan Dicap sebagai "Pembegal Demokrasi"


    Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen dan Presiden Jokowi.

    SUMBARRAYA.COM, - - - 

    Meskipun kini terlihat dan terkesan masih banyak pendukung yang memuja- muji presiden Jokowi, itu karena masih sedang berkuasa. 

    "Tapi kita akan lihat nanti, akhir dari kisahnya presiden Joko Widodo atau Jokowi setelah tidak berkuasa lagi, akankah keluarganya akan dikucilkan?" ujar Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen kepada wartawan di Jakarta, kemaren.

    "Apapun alasannya, dapat kita cek dan baca langsung dari setiap video dan tulisan yang disampaikan oleh pendukung buta Jokowi dimedia sosial atau dibagikan digroup- group WhatsApp, banyak tidak tahu siapa mereka dan apa latar belakang pendidikan dan profesinya, yang pasti 'pendukung' masih kekeh 'menjilat' Jokowi meskipun sudah menimbulkan guncangan demi guncangan sosial, itu karena masih sebagai penikmat 'gula- gula' Jokowi, " tegasnya.

    Akan tiba waktunya, kekuasaan terhenti, oleh sebab itu, ingatlah! Bahwa kekuasaan itu tidak ada yang abadi, semuanya silih berganti. 

    Pemimpin yang baik harus tahu diri kapan naik dan kapan turun, ketika turun tahta jangan melakukan hal- hal 'bumerang' pada diri sendiri.

    "Kekuasaan/ kehebatan apapun itu ada masanya/ waktunya, arogansi kekuasaan yang sungguh 'terlaluu' itu akan menyerang balik, "ucap pengamat politik Samuel F Silaen.

    Misalnya pun, putra sulungnya Jokowi Gibran Rakabuming Raka terpilih dengan pasangannya maka dapat dipastikan Gibran bukanlah Jokowi, yang dianggap sebagian kalangan sebagai penerus Jokowi. 

    "Sebaliknya apakah Prabowo Subianto akan tetap sama ketika sudah terpilih? The next episode (cerita bersambung), "katanya.

    "Lagi- lagi misalnya 'kalau' terpilih sebagai presiden dengan segala cara seperti yang kita saksikan saat ini! 'Menghalalkan' segala cara demi melanggengkan kekuasaan, aturan hukum ditabrak dan dibonsai, seperti besok mau kiamat, seharusnya pemimpin yang baik itu meninggalkan legacy yang terbaik, "tutur mantan fungsionaris DPP KNPI itu.

    Yang namanya kepemimpinan itu adalah restu illahi maka yang namanya restu illahi atau bahasa gampangnya itu takdir atau suratan tangan.

    "Tentunya banyak contoh kisah- kisah di zaman para nabi dahulu kala, sampai saat ini kisah itu masih sangat relevan dan jalan ceritanya menjadi nasehat yang slalu disampaikan oleh pemuka agama, "sebut alumni Lemhanas Pemuda 2009 itu.

    Selanjutnya, kata Silaen, cara dan tindakan Jokowi saat ini 'kadung' melukai perasaan publik, hati yang tergores kesedihan, itu akan sulit sembuh seketika meskipun seribu alasan disuguhkan untuk menjawabnya.

    "Publik melihat kondisi riel tersebut dengan mata telanjang, bagaimana Jokowi dan keluarganya berprilaku 'aji mumpung' dengan sangat vulgarnya," cakapnya.

    Kisah nyata 'cawe- cawe' presiden Jokowi ini, dianggap sebuah aib 'penghianatan' terhadap demokrasi yang diperjuangkan mahasiswa pada tahun 1998.

    "Hancur lebur seketika dan kembali ke noe-orde baru, yang penampakannya lebih kasar dan terang- terangan dilakukan 'antek-antek' penguasa yang kehilangan akal sehatnya, "kritik Silaen.

    Mungkin saja, presiden Jokowi dan kroninya sudah mabuk berat sehingga lupa diri, atas nama kekuasaan, pembegalan demokrasi terjadi dimasa kepemimpinan presiden Jokowi.

    "Ada pribahasa "siapa menabur angin akan menuai badai". Ini hanya persoalan waktu saja cepat atau lambat akan tiba waktunya, hukum tabur tuai itu miliknya Allah SWT, "tutup Silaen.

     (*)

    No comments

    ada

    ada

    Post Bottom Ad

    ad728
    PT. Prosumbar Media Group, Mengucapkan: Selamat datang di www.sumbarraya.com, Terima kasih telah berkunjung.. Semoga anda senang! Tertanda Pemred: Nov Wibawa