Erizal: Pilgub Sumbar menungggu KPU, Bisa Berakhir di MK
Foto Erizal. Pilgub Sumbar menungggu KPU, Bisa Berakhir di MK.
SUMBARRAYA.COM, - - -
Direktur Arah Baru Center (ABC) Erizal menyebutkan terlepas dari kecurigaan terhadap pelaksanaan quick count (hitung cepat), baik karena kendala teknis maupun nonteknis seperti keberpihakan sejak awal.
Hasil quick count yang berjarak dua persen, malah ada yang satu persen, maka bisa dikatakan pemenang Pilgub Sumbar ditentukan tidak hanya perhitungan manual KPU, tapi juga bakal berakhir di MK, sebab jaraknya yang tipis.
“Hampir tak ada sebetulnya, hasil quick count yang mencerminkan hasil survei yang akurat dari lembaga survei mana pun. Baik yang memprediksi Mahyeldi-Audy bakal menang (SBLF), maupun yang memprediksi Nasrul Abit-Indra bakal menang (Fixpoll), apalagi yang memprediksi Mulyadi-Ali Mukhni bakal menang (Poltracking). Semua boleh dibilang meleset,” katanya.
Dia menyebut, lembaga-lembaga itu adalah yang memprediksi Mahyeldi-Audy Joinaldy bakal menang diangka 36%, sementara Mulyadi-Ali 28%, dan Nasrul Abit-Indra Catri 26%. Sementara yang Nasrul Abit-Indra Catri menang diangka 29%, Mulyadi-Ali Mukhni 24%, dan Mahyeldi-Audy 22%. Apalagi yang memprediksi Mulyadi-Ali Mukhni menang di angka 37%, Nasrul Abit-Indra Catri 27%, dan Mahyeldi-Audy 25%.
“Jadi, urutannya tak ada yang pas. Yakni Mahyeldi-Audy 32%, Nasrul Abit-Indra Catri 30%, Mulyadi-Ali Mukhni 26%. Yang cukup pas, yakni posisi Fakhrizal-Genius Umar 9%. Artinya, Fakhrizal-Genius Umar sejak awal diprediksi menempati posisi terakhir. Dan memang tak ada pula lembaga survei yang memprediksi pasangan ini akan keluar sebagai pemenang, kecuali lembaga survei yang disebut internal,” kata alumni Fakultas Sastra Unand ini.
Dia membeberkan, penjelasan apa yang bisa menjelaskan fenomena ini.
Pertama, tingkat partisipasi yang relatif rendah. Ini membuat Mahyeldi-Audy melejit. Tingkat loyalitas pemilih Mahyeldi-Audy memang kuat. Ini jauh hari sudah bisa ditebak, saat partisipasi rendah, maka Mahyeldi-Audy paling diuntungkan.
“Kedua, situasi politik menjelang pencoblosan. Status tersangka tindak pidana Pemilu yang diumumkan 3 hari sebelum pencoblosan, terhadap Mulyadi-Ali Mukhni, sangat berpengaruh. Bahkan, hari Senin, Mulyadi-Ali Mukhni masih dipanggil Polisi dan ia memilih mangkir. Berita ini terus diolah, terutama oleh tim Mahyeldi-Audy. Diprediksi, elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni banyak tersedot ke Mahyeldi-Audy dan bukan Nasrul Abit-Indra. Bahkan, di masa tenang pun kelompok ini masih terlihat berkampanye di medsos,” tukasnya.
Setidaknya, katanya, dua alasan ini yang paling kuat menjelaskan hasil survei sebelum pencoblosan dengan hasil quick count.
Mengingat quick count pun masih memiliki sampling error, maka pemenang Pilgub Sumbar sesungguhnya belum diketahui dan masih mungkin berubah. Jika sampling errornya plus minus 1 persen saja, itu sudah cukup mengubah hasil.
“Jika Mahyeldi-Audy turun satu persen dan Nasrul Abit-Indra naik satu persen, maka akan bertemu diangka 31%. Apalagi kalau sampling errornya plus minus 2 persen. Dan peluang Mulyadi-Ali Mukhni dan Fakhrizal-Genius Umar memang sudah selesai,” kata Erizal dalam laman Facebooknya.
#by
No comments