Premium dan Pertalite Dihapus, Ini Kata Bos Pertamina
SUMBARRAYA.COM, (Jakarta) - - -
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memaparkan, Pertamina tengah meninjau kembali penggunaan BBM dengan oktan (RON) rendah di bawah 91 yang tidak ramah lingkungan.
Seperti diketahui, jenis BBM Pertamina yang berkadar RON rendah adalah premium (RON 88) dan pertalite (RON 99). Sedangkan penjualan BBM dengan RON diatas 91 adalah pertamax (RON 92) dan pertamax turbo (RON 98).
Seperti diketahui, jenis BBM Pertamina yang berkadar RON rendah adalah premium (RON 88) dan pertalite (RON 99). Sedangkan penjualan BBM dengan RON diatas 91 adalah pertamax (RON 92) dan pertamax turbo (RON 98).
Selain itu, ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Nomor 20 Tahun 2017 yang mensyaratkan penggunaan BBM harus di atas RON 91.
"Artinya, ada dua produk yang kemudian tidak boleh dikelola dan dijual di pasar yaitu premium dan pertalite. Namun demikian, kita akan melakukan pengkajian karena premium dan pertalite konsumennya paling besar," kata Nicke di Gedung DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Menurut Nicke, masih ada tujuh negara di dunia yang masih menggunakan BBM premium termasuk Indonesia. Ketujuh negara tersebut adalah Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, Indonesia, dan Bangladesh.
Di ASEAN, Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Myanmar yang sudah tidak menggunakan BBM dengan RON rendah.
Selain itu, rencana penghapusan BBM dengan RON di bawah 91 juga karena Indonesia merupakan negara yang menjual varian BBM paling banyak, yakni 6 varian yang terdiri dari Solar, Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Dexlite.
Dibandingkan negara lain, rata-rata hanya menjual 2 hingga 3 varian produk. Negara Singapura, Australia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia menjual dua varian. Kemudian India dan Myanmar masing-masing 3 varian. Sedangkan China dan Filipina 4 varian.
"Oleh karena itu perlu segera mendorong bagaimana konsumen mampu beralih ke BBM yang ramah lingkungan," jelas Nicke.
"Artinya, ada dua produk yang kemudian tidak boleh dikelola dan dijual di pasar yaitu premium dan pertalite. Namun demikian, kita akan melakukan pengkajian karena premium dan pertalite konsumennya paling besar," kata Nicke di Gedung DPR, Jakarta, Senin (31/8/2020).
Menurut Nicke, masih ada tujuh negara di dunia yang masih menggunakan BBM premium termasuk Indonesia. Ketujuh negara tersebut adalah Kolombia, Mesir, Mongolia, Ukraina, Uzbekistan, Indonesia, dan Bangladesh.
Di ASEAN, Indonesia tertinggal dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, dan Myanmar yang sudah tidak menggunakan BBM dengan RON rendah.
Selain itu, rencana penghapusan BBM dengan RON di bawah 91 juga karena Indonesia merupakan negara yang menjual varian BBM paling banyak, yakni 6 varian yang terdiri dari Solar, Premium, Pertalite, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Dexlite.
Dibandingkan negara lain, rata-rata hanya menjual 2 hingga 3 varian produk. Negara Singapura, Australia, Thailand, Vietnam, dan Malaysia menjual dua varian. Kemudian India dan Myanmar masing-masing 3 varian. Sedangkan China dan Filipina 4 varian.
"Oleh karena itu perlu segera mendorong bagaimana konsumen mampu beralih ke BBM yang ramah lingkungan," jelas Nicke.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Gerindra Mulan Jameela mempertanyakan rencana Pertamina yang tengah mengkaji penghapusan produk bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan pertalite.
Mulan mengusulkan kepada Pertamina untuk melakukan kajian penurunan harga Pertamax hingga setara dengan harga Premium.
"Sekadar masukan dari saya, apabila benar Premium dan Pertalite dihapus, apakah memungkinkan harga Pertamax bisa diturunkan mungkin bisa jadi sama dengan premium? Mungkin ini bisa jadi solusi," ujarnya.
Mulan juga mempertanyakan sejauh mana Pertamina sudah melakukan kajian lebih dalam dan lebih luas terhadap masyarakat terkait rencana penghapusan premium dan pertalite ini. Pasalnya, penghapusan BBM jenis tersebut akan berdampak tidak baik untuk masyarakat.
"Kami ingin menanyakan sejauh mana Pertamina sudah melakukan kajian mendalam terkait rencana penghapusan premium dan pertalite ini. Mengingat saat ini kita ketahui semua sedang mengalami ujian pandemi Covid-19, apabila premium dan pertalite ini dihapus tentu akan berdampak yang tidak baik untuk masyarakat," tuturnya.
(mond/okz)
No comments